Masjid Darussalam adalah masjid tertua di kampung
kedunggudel dan peninggalan para alim ulama. Masjid ini berdiri sudah sejak
zaman penyebaran agama Hindu Budha di jawa ini yang bawa oleh para alim ulama
zaman kerajaan Demak 1478. Menurut sejarah
masjid ini didirikan oleh walisongo dan para alim ulama hal ini bisa
dilihat dari tulisan arab yang terukir pada salah satu makam yang berada
dibelakang masjid. Angka tersebut bertuliskan 1304 atau sebelum dibangunan
kerajaan demak. Sebagai penyangga masjid, arsitektur tiangnya sama dengan
masjid demak. Bahan rangka dan atap berasal
dari kayu jati dan masih utuh sampai
sekarang. Pada waktu itulah para dai, alim ulama, penyiar agama yang berasal dari
daerah pesisir jawa ini masuk kepedalaman melalui jalur sungai Bengawan Solo dan para penyiar agama ini menyebarkan agama
islam di kedunggudel, tetapi mereka
juga membangun tempat-tempat ibadah (masjid), pesantren, dan membangkitkan sumber daya masyarakat sekitarnya
dengan mendirikan pasar.
Pada masa
pemerintahan Amangkurat I (1675-1677) terjadi konflik dengan penguasa Giri
Kedaton. Pesantren-pesantren dan masjid di daerah pedalaman jawa termasuk kedunggudel yang
bekembang dan memiliki kedekatan dengan daerah-daerah jawa timur ini dicurigai
sebagai ancaman stabilitas politik mataram maka dihancurkanlah
pesantren-pesantren ini termasuk masjid darusalam ini ikut
dihancurkan. Setelah peristiwa berdarah ini pada masa SISKS Pakubuana
IV(Bagoes.1788-1820) yang bertahta di Surakarta Hadiningrat Islam di wilayah
Kedunggudel mulai hidup kembali. Maka atas restu SISKS PB VII (Poerbaya.1830-I858)dan para ulama
eks pejuang perang Diponegara, pada hari minggu pon tanggal 18
Jumadilawal 1765 Jawa dengan sengkalan tahun berbunyi “Marganing Rasa Pandita
Nabi”. Atau dengan kata “Lima Nenem Pitu Tunggal” (1837 M), didirikanlah masjid
Kedunggudel (Masjid Darussalam) kembali.
Alamat : Kedunggudel RT2/3 , Kenep, Sukoharjo
Kondisi Bangunan Dalam Masjid
0 komentar:
Posting Komentar