Kedunggudel adalah suatu desa yang indah, ramah, bersejarah dan sekaligus mewarisi etos wiraswasta yang gigih. Sebagai desa yang tua kedunggudel memiliki sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan peradaban hulu sungai bengawan solo dan penyebaran agama Islam di tanah jawa. Kedunggudel terletak di tepi hulu sungai bengawan solo ujung selatan wilayah kecamatan kota sukoharjo surakarta selama ini kajian sejarah secara ilmiah tentang kedunggudel belum pernah dilakukan karena tidak ada buku atau babad yang mengkisahkan kedunggudel secara jelas. Sumber-sumber sejarah hanya di dapat dari ditemukannya makam-makam tua yang berbahan dari batu di komplek makam kyai lombok, randu alas, tulisan prasasti penget yang berada di masjid, cerita turun temurun dan naskah-naskah dalam berbagai buku yang terbatas.
Minimnya sumber sejarah ini disebabkan karena :
1. Kondisi geografis kampung yang menyebabkan terjadinya banjir, yang mengakibatkan
Minimnya sumber sejarah ini disebabkan karena :
1. Kondisi geografis kampung yang menyebabkan terjadinya banjir, yang mengakibatkan
musnahnya kitab-kitab kuno tentang Kedunggudel.
2. Sering terjadinya peperangan yang menghancurkan bukti-bukti sejarah.
3. Keadaan yang tidak mendukung untuk ditulisnya masalah sejarah atau riwayat
2. Sering terjadinya peperangan yang menghancurkan bukti-bukti sejarah.
3. Keadaan yang tidak mendukung untuk ditulisnya masalah sejarah atau riwayat
Kedunggudel.
Peradaban hulu sungai bengawan solo sebenarnya sudah ada sejak zaman penyebaran agama Hindu Budha di jawa ini. Tetapi khususnya di kedunggdel peradaban masyarakat berkembang pesat setelah agama islam masuk dibawa oleh para alim ulama zaman kerajaan Demak 1478. Para dai, alim ulama, penyiar agama yang berasal dari daerah pesisir jawa ini masuk kepedalaman melalui jalur sungai Bengawan Solo. Sungai yang menghubungkan daerah solo dengan daerah gresik ini menjadi jalur transportasi utama pada zaman itu. Para penyiar agama ini tidak hanya menyebarkan agama tetapi mereka juga membangun tempat-tempat ibadah, pesantren dan membangkitkan sumber daya masyarakat sekitarnya dengan mendirikan pasar. Sehingga yang namanya pesantren dan masjid menjadi sentra segala aktifitas masyarakat. Sungai yang menghubungkan daerah solo dengan daerah Gresik ini menjadi jalur transportasi utama pada zaman itu. Setelah itu berdirilah Pemerintah Kelurahan Kenep, yang wilayahnya meliputi Kampung Kedunggudel, Krecekan, Bangkekan, Kenep, Mayungan, Geneng, Soka, Jetis, Karangtal. Karena wilayah Kelurahan kenep termasuk wilayah kecamatan kota, sejak itu sampai sekarang jabatan lurah/kepala desa di tunjuk langsung oleh pemerintah kabupaten.
Sumber : Dari cerita turun temurun dan tulisan prasasti penget dimasjid
Peradaban hulu sungai bengawan solo sebenarnya sudah ada sejak zaman penyebaran agama Hindu Budha di jawa ini. Tetapi khususnya di kedunggdel peradaban masyarakat berkembang pesat setelah agama islam masuk dibawa oleh para alim ulama zaman kerajaan Demak 1478. Para dai, alim ulama, penyiar agama yang berasal dari daerah pesisir jawa ini masuk kepedalaman melalui jalur sungai Bengawan Solo. Sungai yang menghubungkan daerah solo dengan daerah gresik ini menjadi jalur transportasi utama pada zaman itu. Para penyiar agama ini tidak hanya menyebarkan agama tetapi mereka juga membangun tempat-tempat ibadah, pesantren dan membangkitkan sumber daya masyarakat sekitarnya dengan mendirikan pasar. Sehingga yang namanya pesantren dan masjid menjadi sentra segala aktifitas masyarakat. Sungai yang menghubungkan daerah solo dengan daerah Gresik ini menjadi jalur transportasi utama pada zaman itu. Setelah itu berdirilah Pemerintah Kelurahan Kenep, yang wilayahnya meliputi Kampung Kedunggudel, Krecekan, Bangkekan, Kenep, Mayungan, Geneng, Soka, Jetis, Karangtal. Karena wilayah Kelurahan kenep termasuk wilayah kecamatan kota, sejak itu sampai sekarang jabatan lurah/kepala desa di tunjuk langsung oleh pemerintah kabupaten.
Sumber : Dari cerita turun temurun dan tulisan prasasti penget dimasjid
0 komentar:
Posting Komentar